Uniknya Sentuhan Batik pada Wedges Karya UKM Gresik

GRESIK, jatimpost.com – Sebagai kabupaten dengan banyaknya Usaha Kecil Menengah (UKM), tentu banyak pemilik usaha yang memiliki ciri khas dari produk mereka. Salah satunya, pelaku UKM Muhammad Syafi’, 40, asal Desa Klangonan, Kebomas. Ia memproduksi wedges dengan mempertahankan eksistensi batik khas Jawa Timur dengan pengaplikasiannya pada wedges atau alas kaki dengan sol tebal yang memiliki permukaan alas lebih lebar dibanidng high heels.

Faktanya, model ini justru menarik perhatian masyarakat Gresik hingga luar daerah. Terlihat di tempat produksinya yang terletak di kawasan Giri, Kebomas, berbagai macam wedges tertata rapi dalam rak. Dengan model cap atau  atasan sandal yang beragam. Mulai cap menyilang, cap satu garis hingga double cap.

“Sekarang sudah  banyak bermunculn alas kaki karet, namun ternyata untuk model etnik masih banyak peminat. Termasuk untuk kebutuhan fashion show dan tampilan formal yang stylish,” jelas Syafi’, dilansir jawapos, Selasa (27/2/2018).

Ia memberikan Inovasi dengan aplikasi batik khas Jawa Timur dan menarik perhatian pengamat fashion. Tak hanya perorangan, khususnya kaum hawa yang memberli wedges batik miliknya, namun desainer baju yang memanfaatkan wedges batik untuk dipergunakan dalam ajang fashion show.

“Saya ingin melalui wedges ini, batik Jawa Timur-an semakin dikenal. Baik di Indonesia maupun luar negeri termasuk Gresik,” ungkap Syafi’.

Uniknya lagi, kain batik ini berasal limbah perca atau kain potongan kecil sisa jahitan para pembuat batik. Beberapa ada yang meupakan perca batik tulis dan batik cap. Kebanyakan, pemesannya menggunakan perca kain batik dari sisanya memproduksi baju.

“Jadi batik perca ini say asulap untuk wedges, yang sulit ya mengatur polanya agar simetris, mengingat ini perca. Meski beberap aada perca yang lebar dan lebih mudah mengatur polanya,” papar dia.

Bahan dasar wedges ini sendiri, dikatakan Syafi’ sama halnya dengan sandal klompen kerjasama. Ia menyebut, kayu yang digunakan berasal dari aneka jenis kayu, seperti kayu pohon asam, pohon waru, randu dan lainnya. Kayu yang dipilih sengaja memiliki berat yang ringan tapi kuat.

“Para pembeli tentu ingin memakai wedges ringan,” ujar laki-laki yang juga memproduksi kerajinan pelepah pisang.

Dalam sebulan Syafi’i mampu memproduksi sandal klompen batik hingga 2 kodi atau 40 pasang. Meski bermodel etnik dan sesuai keinginan konsumen, harga yang dipatok produsen ini tak mahal. Mulai Rp. 50 ribu hingga Rp. 200 ribu rupiah.

“Semua saya kerjakan secara manual dan hanya seorang diri. Jadi, produksinya terbatas,” kata Syafi’.