Kaltim – Ahmad Husri, salah satu tokoh masyarakat Kalimantan Timur mewanti-wanti potensi gegar budaya atau culture shock di masyarakat lokal Kaltim sebagai dampak pemindahan ibu kota.
Gegar budaya bisa terjadi jika masyarakat lokal tidak siap menerima kehadiran Ibu Kota Negara dengan ragam budayanya, modernisasi, intelektual masyarakatnya yang tinggi, dan persaingan dalam segala aspek kehidupan.
Ia mengatakan, sebagai pusat pemerintahan negara bakal banyak manusia berkualitas yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Timur.
Sementara fakta menyebutkan, tidak semua Sumber Daya Manusia (SDM) di Kaltim bagus, khususnya untuk menyambut tantangan sebagai Ibu Kota Negara.
“Jangan sampai masyarakat lokal nantinya hanya sebagai penonton saja, sementara yang berperan besar dengan keberadaan Ibu Kota justru para pendatang,” jelas Husri.
Husri mencontoh keberadaan masyarakat asli Kota Jakarta, yang saat ini banyak berada di pinggiran Ibu Kota, bisa menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Kaltim untuk menjawab tantangan sebagai ibu kota baru.
Menurut Ahmad Husri, dalam mengantisipasi dampak negatif tersebut para pemimpin, tokoh masyarakat, partai politik dan juga pemerintah provinsi punya tanggung jawab yang besar, khususnya untuk meningkatkan SDM masyarakat lokal sehingga punya daya saing sebagai warga yang akan tinggal di pusat pemerintahan negara ini. Husri juga berharap dampak dari pemindahan ibu kota di Kaltim ini bisa membawa manfaat yang nyata khususnya bagi masyaraka lokal, baik dari segi pembangunan hingga aspek kesejahteraan masyarakatnya.