Jember, jatimpost.com – Beredar luas terkait dengan surat undangan yang ditujukan untuk Guru Madrasah Diniyah (Madin) se-Jawa Timur. Undangan tersebut berisi ajakan menghadiri haloqoh Persatuan Guru Diniyah Nusantara (PGDN) di Ponpes Amanatul Ummah Pacet-Mojokerto tanggal 11-12 Februari 2018.
Undangan beraroma politik tersebut kemudian mendapat respon miring dari kalangan guru Madin. Para guru Madin mencium bahwa PGDN menjadi alat politik karena keberadaannya yang baru saja dibentuk dan tempat acara berada di Pondok Pesantren asuhan KH. Asep Saefuddin, pendukung fanatik Cagub Jatim Khofifah.
Karena tidak mau dieksploitasi politik praktis yang dilakukan oleh tim pendukung Khofifah, para guru Madin tersebut kemudian melakukan kecaman kepada Khofifah, seperti yang dilakukan oleh guru Madin asal Bangsalsari Kab Jember, Siti Azizah.
Menurut Azizah, guru-guru Madin sudah memiliki pengetahuan dan mengerti politik. Sehingga tidak perlu lagi menggiring guru Madin ke ranah politik. “Guru Madin sudah cerdas, tidak perlu digiring-giring ke politik. Selama ini yang memperjuangkan guru Madin ya Gus Ipul, Guru Madin se-Jatim pasti dukung Gus Ipul,” katanya.
Ia menilai, Khofifah saat ini sedang dalam kondisi panik melihat kondisi Jawa Timur yang tidak lagi sesuai yang ia bayangkan lima, sepuluh tahun yang lalu. “Sehingga segala cara dilakukan untuk memenuhi ambisinya menjadi Gubernur Jatim. Itu akibat sifat tamak terhadap jabatan, Sehingga jabatan mensos pun dilepas untuk nguber (ngejar) jabatan gubernur yg belum pasti. Ibarat pepatah Jawa, mburu uceng kelangan deleg, maka apapun dilakukan,” ujarnya.
Pepatah Jawa “mburu uceng kelangan deleg”, uceng itu merupakan sejenis ikan air tawar yang kecil-kecil, biasanya hidup di parit atau air yang sedikit. Sedangkan ‘deleg’ adalah ikan gabus. Jadi banyak orang yang mengejar sesuatu yang kecil tetapi kehilangan miliknya yang lebih besar. “Dan itu yang saat ini dialami Khofifah,” imbuhnya.[hud]