JAKARTA – Pernyataan Ketum Gerindra, Prabowo bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030 mengundang kontroversi. Sejumlah kalangan menanggapi terhadap pernyataan Prabowos tersebut.
Maruarar Sirait menganggap Prabowo menebar pesimisme, padahal Ketum Gerindra itu mau maju pada gelaran Pilpres 2019 mendatang.
“Realita Politik ada dua kutub, yakni kutub Jokowi dan Prabowo. Terlihat jelas dari realita politik di DPR di pembahasan UU Pemilu dan lain sebagainya, kelihatan sekali perbedaannya. Ya kita menghormati itu bahkan ada check and balances nanti, bahkan rakyat Indonesia yang memilih Pak Prabowo yang pesimis atau Pak Jokowi yang optimis,” ujar politikus PDIP itu, dalam perbincangan dengan wartawan, Rabu (21/3/2018).
Pernyataan Prabowo tersebut, menurut Sirait, tak memiliki dasar argument. Sebab, lembaga di dunia banyak yang mengapresiasi pemerintahan Jokowi.
“Banyak lembaga rating dunia memberikan nilai yang bagus, tingkat resiko kita juga makin rendah. Juga terlihat bagaimana kepercayaan publik ke Jokowi di berbagai survei juga makin menguat,” ucap Sirait.
Akan tetapi, Sirait memahami manuver politik Prabowo tersebut. Mengingat agenda pilpres juga semakin mendekat, tensi politikpun akan kian hangat.
“Jadi memang ini sudah menjadi konstelasi politik Indonesia hari ini, bahkan memang kita harus akui konstelasi politik pasca 2014 masih mewarnai sampai hari ini dan itu ditandai dengan dua figur yang memang dari berbagai survey juga selalu nomor satu dan nomor dua,” jelas Sirait.
Sehingga, menurut Sirait, biarkan rakyat saja yang memilih. “Tentu disini rakyat Indonesia akan jadi hakim yang adil memilih pesimisme Prabowo atau optimisme pak Jokowi,” tandasnya.