Sebagai Sentral Pendidikan Karakter, Pesantren Harus Jadi Perhatian Khusus Gubernur Jatim dalam The New Normal

0
5
Sekretaris Fraksi PKB DPRD Jawa Timur, Ahmad Tamim

Jatimpost.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa diminta untuk tidak mengesampingkan pendidikan berbasis pondok pesantren dan madrasah diniyah dalam pelaksanaan kehidupan normal yang baru atau the new normal di tengah pandemi covid-19. Lembaga tersebut kata Anggota DPRD Jawa Timur Ahmad Tamim, merupakan lembaga keagamaan dan menjadi sental pendidikan karaktar masyarakat Jawa Timur. Namun ditengah pandemi covid-19, pesantren sebagai lembaga pendidikan dan character building generasi bangsa dirasa kurang mendapatkan perhatian dalam hal protokol pencegahan penyebaran covid-19.

“Kami sebagai perwakilan rakyat daerah mengingatkan dan meminta pemerintah Jawa Timur memiliki perhatian khusus dan tidak sembrono dalam menerapkan kebijakan pola hidup normal baru di tengah Pandemi Covid-19. Dengan tidak hanya menekankan pada sektor tertentu saja, namun juga berbagai sektor terlebih sektor pendidikan dan pondok pesantren yang akan memulai tahun ajaran baru di bulan syawal 1441 H. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah seharusnya memaksimalkan kecukupan sarana kesehatan masyarakat di semua sektor,”  ungkap politisi PKB Jawa Timur tersebut.

Mantan Sekretaris Ansor Jawa Timur itu menuturkan bahwa saat ini sudah mulai ada desakan dari para wali santri untuk segera membuka kembali proses belajar mengajar pondok pesantren. Wali santri khawatir jika putra putrinya terlalu lama tinggal di rumah bisa lupa akan pelajaran pesantren. Sebab jika dihitung hingga saat ini, kegiatan proses belajar mengajar di pesantren terhenti sudah 2 bulan lebih.

Karena itulah,  Ahmad Tamim berharap desakan dari para wali santri tersebut untuk segera ditindaklanjuti oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan memberikan jaminan bahwa pesantren bisa bebas dari penyebaran covid-19. Jaminan tersebut berupa menyediakan fasilitas kesehatan dan protokol ketat pencegahan covid-19, diantaranya adalah dengan melakukan PCR test dan swab test untuk para santri yang kembali ke pondok pesantren secara massal yang dibiayai oleh pemerintah.

“Protokol dan standart pencegahan covid-19 juga harus diterapkan pesantren. Hal ini dikarenakan pesantren merupakan kumpulan masyarakat komunal yang berjibaku dalam pendidikan khususnya pendidikan keagamaan selama 24 jam penuh dan pondok pesantren rata-rata dalam kondisi yang sederhana ” ujar alumni Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan itu.

Gus Tamim, sapaan akrabnya, mendorong pemerintah Jawa Timur untuk tidak ragu-ragu mengalokasikan anggaran khusus dan memberikan fasilitas kesehatan era new normal demi menunjang proses belajar mengajar di pondok pesantren.  Serta untuk membantu menjaga kesehatan seluruh civitasnya agar tidak menjadi cluster baru bagi penyebaran Covid-19.