Tulungagung – Yuli Nadhifah Triswati, ST, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Tulungagung tersebut telah resmi dilantik sebagai anggota DPRD Tulungagung untuk periode 2019-2020 dalam sidang paripurna terbatas yang berlangsung pada hari Selasa (31/3/2020) di Gedung DPRD Tuluangung. Yuli dilantik sebagai pengganti antar waktu (PAW) HM Zainuddin karena meninggal pada 24 Desember 2019 lalu.
Yuli adalah politisi dari dapil Tulungagung V (Kec. Karangrejo, Sendang, Pagerwojo, Kauman dan Gondang) yang siap untuk mengabdi memperjuangkan dan mengadvoasi kepentingan dan hak-hak perempuan di Tulungagung.
Yuli terhitung bukan sebagai sosok yang baru terjun di politik. Sebagai istri dari Anggota DPRD Jawa Timur Chusainuddin 2 periode, Yuli kerap aktif diberbagai kegiatan partai. Mulai dari sosialisasi, konsolidasi dan terjun langsung mengadvokasi masyarakat melalui organisasi Perempuan Bangsa Jawa Timur dan PC Fatayat NU Tulungagung.
“Berbaur dan mengetahui langsung masalah-masalah yang ada di masyarakat menjadi bekal untuk saya perjuangkan di parlemen, sehingga bisa menjadi perhatian pemerintah,” ungkap Bendahara Fatayat NU Tuluanggung itu.
Fokus permasalahan yang saat ini menjadi perhatian khusus oleh Yuli adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRD) kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan terhadap anak. Ketiga permasalahan tersebut kerap kali terjadi di dalam sebuah keluarga, sehingga diperlukan solusi jitu dalam mengatasi. Salah satu program yang ingin ia kembangkan adalah griya curhat keluarga. Dimana perempuan bisa mencurahkan permasalahan yang sedang dihadapi di dalam keluarganya.
“Sering terjadinya pertengkaran di dalam keluarga, karena kadang istri tidak menemukan tempat curhat yang menghasilkan solusi. Saya fikir, griya curhat keluarga menjadi bagian pemecah masalah tersebut,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, Yuli bercerita bahwa dari dulu bercita-cita untuk membuat perempuan berdaya, utamanya dalam hal ekonomi. Karena permasalahan yang kerap kali muncul di dalam keluarga adalah permasalahan ekonomi dan perempuan selalu menjadi korban dalam hal tersebut.
“Karena itu, nantinya di parlemen kita akan perjuangkan bagaimana bisa menghadirkan program yang pro terhadap perempuan, baik itu dalam bentuk pelatihan kreativitas yang bernilai ekonomis,” sambungnya.