Jakarta – Apakah anda punya teman yang galak dan provokatif di medsos tapi tertutup dan sopan di kehidupan nyata? Banyak pakar menganggap fenomena ini berkaitan dengan penggunaan gadget dan kepribadian.
Salah satu pakar neurosains dari Komunitas Neoronesia, Dr dr Taukhid Nur Azhar, Mkes menyebutkan bahwa kecenderungan tersebut bisa berlatar media sosial yang membuat seseorang memiliki kepribadian ganda, yakni kepribadian digital dan kepribadian sosial.
“Jadi bisa saja terjadi kepribadian ganda yang dikontruksikan sendiri, bukan gangguan, tapi ada orang yang punya kepribadian digital dan kepribadian sosial berbeda,” tutur Tauhid saat ditemui di sela-sela seminar Neorusians Komunitas Neoronesia, di Hotel Diradja, Jl Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, Sabtu (7/4/2018).
Tauhid mengatakan, media sosial melindungi penggunanya karena faktor anonimitas. Karena anonim alias tidak bernama dan tidak dikenali, seseorang merasa bebas dan bisa melakukan apapun.
Kecenderungan seperti ini, sambung Tauhid, juga berhubungan dengan penokohan dan sistem reward. Seseorang bisa saja membela idolanya di media sosial demi ingin mendapat pujian.
“Kalau teman-teman dari Cyber Crime cerita kan gitu, yang ditangkap karena hate specch dalam kesehariannya sopan dan ramah, tetanggnya bilang ketemu orang saja malu,” sambung pria berkaca mata tersebut.
Oleh sebab itu Tauhid mengingatkan bahwa tekhnologi, termasuk gadget dan media sosial, ibarat pedang bermata dua. Jika dimanfaatkan dengan baik, tekhnologi dan media sosial bisa sangat berguna bagi kehidupan manusia.
“Tapi kalau dimanfaatkan dengan tidak baik ya yang muncul dampak-dampak negatif tadi,” pungkasnya.