
Yogyakarta, Jatimpost.com – Prof. Dr Franz Magnis-Suseno SJ menerima anugrah penghargaan Philosophy Award dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai Filsuf terkemuka Indonesia 2017.
Dijelaskan oleh Dekan Fakultas Filsafat UGM Dr Arqom Kuswanjono, penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan atas dedikasi, kontribusi , dan pengaruh positif Romo Magnis terhadap pengenalan dan perkembangan studi filsafat.
Arqom memaparkan, Franz Magnis menerima penghargaan ini setelah melalui proses verifikasi empris terhadap karya-karyanya dalam bidang kefilsafatan Indonesia. Melalui penghargaan ini, ia mengajak dunia akademik Indonesia untuk memberi pengakuan kepada individu-individu yang layak menyandang predikat sebagai filsuf.
“Selama ini yang disebut filsuf hanya orang-orang dari luar. Padahal di Indonesia juga ada pemikir-pemikir yang memiliki satu kekhasan dan layak disebut sebagai seorang filsuf,” katanya.
Terkait penghargaan yang diperoleh Franz Magnis, Baddrut Tamam, anggota F-PKB DPRD Jawa Timur ikut berkomentar, bahwa filsafat adalah salah satu hal penting yang tak terpisahkan dari ilmu pengetahuan.
“Filsafat bukan segala-galanya, tetapi tanpa filsafat alam intelektual akan menjadi tawar, dogmatis, dan mandul”, tutur Politisi asal kabupaten Pamekasan di akun twitternya @rabaddruttamam (22/10/17).
Philosophy Award diberikan untuk pertama kalinya pada tahun ini dalam rangka peringatan Lustrum X dan Dies Natalis ke-50 Fakultas Filsafat UGM. Dalam upacara pemberian penghargaan pada Sabtu (21/10/2017), Franz Magnis diwakili oleh Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta Romo Simon.
Mewakili Franz Magnis yang berhalangan hadir karena sedang dirawat di Rumah Sakit, ia menyatakan apresiasi atas pemberian penghargaan ini yang menunjukkan perhatian UGM bukan hanya kepada Franz Magnis tetapi juga bagi perkembangan ilmu filsafat di Indonesia.
“Respek pada UGM yang sejak 50 tahun yang lalu telah menjadi pelopor dalam mengembangkan filsafat Indonesia. Ini adalah sebuah penghormatan terhadap filsafat sebagai ilmu yang berusaha mencari kebenaran dan yang tidak mengenal etnis dan agama yang membuat kita terpisah,” ujar Simon. [awh]