Lamongan – Di Indonesia, ada beragam batik yang memiliki corak dan karakter tersendiri, tergantung dari mana ia berasal. Tak terlebih dengan batik Lamongan yang mulai merangkak naik dalam pasaran nasional.
Untuk mengenalkan sekaligus merawat motif batik Lamongan yang khas tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan menggelar lomba desain batik untuk kalangan pelajar. Uniknya, perlombaan ini tidak hanya diikuti oleh pelajar biasa, melainkan juga penyandang difabel.
“Even ini ingin mengenalkan warna batik yang beraneka ragam, motif yang beragam dan menggambarkan banyak hal disekelilingnya atau bercerita mengenai kebanggaan budaya yang telah berumur ratusan tahun,” ujar Kepala Disperindag, M Zamroni kepada wartawan, Rabu (4/4/2018).
Zamroni juga menambahkan, ada 7 pelajar penyandang difabel yang ikut serta dalam perlombaan kali ini. Dua diantaranya adalah siswa SMPLB dan lima siswa SMALB.
Iklimatus Solikhah atau dipanggil Lika, salah satu pelajar penyandang difabel mengungkapkan,mengikuti lomba desain batik tidak menargetkan apapun.
“Tidak tahu, lihat dulu yang lain. Ini karya orisinal sendiri, kreasi sendiri,” ujar Lika yang menyampaikan perkataannya melalui bantuan salah seorang guru penerjemah bahasa isyarat.
Lika juga mengaku merasa senang dan bangga karena bisa bersaing dan berkumpul dengan pelajar-pelajar lainnya. Rupanya, demi mengikuti ajang desain batik ini Lika mengaku sudah menyiapkannya selama satu bulan lebih.
“Selama satu bulan belajar melukis dan membatik dengan tekun,” sambung Lika melanjutkan.
Hasilnya tidak buruk-buruk amat, salah satu dari ketujuh penyandang difabel pelajar SMALB bernama A. Rifqi mampu menyabet juara tiga tingkat SMA.
Sejumlah kreasi yang dihasilkan para pelajar ini, sambung Zamroni, dapat dituangkan dalam desain baju Dinas Pendidikan Lamongan atau desain baju seragam sekolah mereka.
“Dinas Pendidikan sudah kita komunikasikan. Yang juara nanti itu akan dijadikan desain batik untuk anak-anak sekolah,” ungkap Zamroni.
Bagi para pemenang lomba, Disperindag Lamongan mengganjar mereka dengan hadiah total sampai dengan Rp 30 juta, disamping piagam dan piala. Bahkan untuk tiap angkatan sekolah, SMP dan SMA dipilih sampai 15 juara.